Senin, 24 Juni 2013

SENI PATUNG DALAM OGOH-OGOH


Oleh : I Gede Wira Paramartha, S.Ag

PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.
            Dinamika kehidupan masyarakat Bali sangatlah beraneka ragam. Mualai kehidupan social, kehidupan beragama dan kehidupan individunya masing – masing. Dalam berkesenian masyarakat Bali sangatlah beranekaragam keberadaannya. Mulai dari seni suara seperti gambelan, seni lukis seperti halnya lukisan yang bersifat sacral seperti ulap – ulap yang sering kita jumpai pada bangunan – bangunan suci sedangkan seni lukisan yang bersifat yang bersifat sebagai hiburan – hiburan seperti lukisan – lukisan yang banyak kita jumpai pada artshop – artshop. Seni arsitektur bali merupakan kesenian yang juga bisa dibilang memiliki nilai sacral yang sangat tinggi. Dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali seni arsitektur ini sangat erat kaitannya dengan asta kosala – kosali yang sering menjadi pedoman kita dalam membuat suatu bangunan atau ketika keti akan melakukan pembanguan di pekarangan kita. Meskipun itu sebuah kepercayaan dalam agama Hindu dalam keberadaanya hal tersebut kita jumpai juga sebagai sebuah seni.
            Seni berasal dari bahasa latin yaitu art / ars yang berarti kemahiran. Secara etimologis seni ( art ) diformulasikan sebagai sebagai suatu kemahiran dalam membuat suatu barang atau mengerjakan sesuatun ( Herimanto dan Winarno, 2008:159 ). Seni yang dimaksudkan disini adalah seni yang berasal dari hasil karya manusia yang memiliki kemahiran dibidagnya. Kata seni sangat berkaitan dengan perasaan kita. Ketika sesuatu dikatakan sebagai sesuatu yang seni sudah tentu sesuatu itu akan memiliki suatu yang dapat menggugah emosi kejiwaan dan perasaan kita. Seperti halnya ketika kita melihat lukisan yang memiliki nilai keindahan yang dapat menggugah perasaan kagum kita. Begitu juga halnya dengan alunan lagu – lagu atau musik yang dapat menghanyutkan perasaan kita, yang dapat memberikan ketenangan bagi kita. Meskipun terkadang penilain terhadap seni tidak dapat mutlak atau dikatakan relative bagi si penikmat seni itu sendiri.
            Kehidupan masyarakat Hindu di Bali sangatlah unik dan menarik untuk kita telaah lebih mendalam. Di Bali antara agama, adat dan kebudayaan dapat hidup dan berjalan beriringan tanpa menghegomoni antara yang satu dengan yang lainnya. Agama sebagai system kepercayaan masyarakat yang ada. Kebudayaa sebagai bentuk nyata dari implementasi keyakinan yang dimiliki oleh masyarakat Hindu di Bali yang bersumber pada pencitraan budi atau pikiran dan daya atau kemampuan yang dimiliki oleh manusia yang tergabung dalam kesatuan hasil kreasi. Sedangka adat merupakan kebiasaan atau tradisi yang membungkus agama atau kepercayaa yang dimiliki oleh masyarakat. Ketiga hal ini sangatlah mempengaruhi kehidupan masyarakat bali termasuk dalam mereka berkesenian sekalipun.
            Salah satu seni yang ada di Bali yang sangat diminati oleh masyarakat luas dan juga sekaligus memiliki nilai – nilai keagamaan yang ada salah satunya adalah Seni Patung. Seni yang satu ini sangatlah banyak kita jumpai dimana pun termasuk di tempat – tempat suci sekalipun. Seni patung ini berkembang pesat sekali hamper disetiap tempat yang ada di Bali terlebih lagi di daerah Gianyar dan juga sekitarnya. Seni Patung sendiri merupakan bagian dari Seni Rupa yang membedakan adalah jika seni rupa pada umumnya seperti lukisan lebih cendrung pada dua dimensi sedangkan seni patung sudah memiliki bentuk secara tiga dimensi atau bentunya nyata dapat dilihat, dapat diraba dan bentuknya nyata.
            Dalam perkembanganya seni patung ini telah berevolosi sesuai dengan kemajuan dari pola pikir si penciptanya dan juga peminat dari seni patung ini sendiri. Dalam berkesenian masyarakat tidaklah membedakan satus social, umur dan bahkan jenis kelamin sekalipun. Dewasa ini di lingkungan Badung dan sekitarnya keberadaan seni patung ini telah mengalami perubahan yang sangat pesat. Jika dahulu para undagi / pematung / tukang ukir berkesenian atau menuangkan ide mereka dengan media batu atau kayu, kini seiring dengan perkembangan jaman seni patung pun telah mengalami evolusi. Baru – baru ini tepatnya pada bulan – bulan menjelang Nyepi para seniman yang ada di bali menuangkan ide mereka melalui ogoh – ogih yang dibuat dari serofom.

I. Aspek Bentuk Kesenian.
1.1 Pengertian Seni Patung / Ogoh - ogoh.
Seni adalah aktivitas manusia untuk mengungkapkan pengalaman estetis ke dalam wujud lahiriah dengan tata susunan unsur yang indah, sehingga dapat menimbulkan pengalaman baru bagi orang lain. Pengalaman estetik tersebut dapat disalurkan ke dalam berbagai media yang salah satunya adalah media seni rupa. Seni rupa adalah jenis seni yang menggunakan media atau unsur rupa (visual) atau unsur-unsur yang dapat diindera oleh mata. Ciri lain seni rupa adalah dapat diraba, misalnya karya seni patung. Seni rupa dikatakan berorientasi pada produk, karena itu karya seni rupa dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama atau berulang-ulang.
            Seni patung merupakan cabang dari seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi. Penciptaan seni patung ini biasanya melalui memahat media yang sudah ada seperti batu, kayu dan media lainnya, atau juga dengan menggunakan casting  ( menggunakan cetakan ) (diakses di Wordpress.com).
            Seni rupa dapat dibedakan dalam berbagai klasifikasi. Berdasarkan demensinya, seni rupa dibagi menjadi karya seni rupa dua demensi (dwi matra) dan karya seni rupa tiga demensi (tri matra). Berdasarkan fungsinya dibedakan atas seni rupa murni (fine art) dan seni rupa terapan (applied art). Berdasarkan corak atau alirannya, dibedakan atas seni rupa tradisional dan seni rupa modern, atau seni rupa representatif dan seni rupa non-representatif (http://sastra.um.ac.id/wp-content )
            Di Indonesia terdapat berbagai jenis patung dan tersebar di berbagai daerah termasuk di Bali. Keberadaan patung yang ada diwilayah Indonesia pada umumnya sangat dipengaruhi oeh perkembangan dan juga keberadaan agama Hindu termasuk di Bali. Beraneka ragam jenis dan bentuk patung dapat kita temui di Bali, mualai dari patung peninggalan jama kuno sampai dengan patung yang telah bersifat modern. Dari sebuah peningglan seni patung yang hingg akini masih digeluti oleh masyarakat mampu menjadinsumber mata pencaharian penduduk.  Dalam berkesenian patung para pengerajin dapat dikatakan sudah memiliki daya imajinasi yang tinggi serta mampu mewujudkan hasil karya mereka kedalam sebuah hasil karya yang bersifat 3 ( tiga ) dimensi.  
            Keberadaan seni patung di bali sudah ada sejak bertahun – tahun yang lalu bahkan sebelum masuknya agama Hindu ke Indonesia khususnya Bali. Hal ini dapat di buktikn dari peninggalan – peninggalan jaman sejarah yang masih kita jumpai hingga sekarang. Peninggalan kebudayaan patung jaman sejarah merupakan hasil kreasi seni pahat para nenek moyang, terdiri dari arca-arca batu berbentuk manusia, binatang, menhir, dolmen, punden berundak, kubur batu, lumpang batu dan sebagainya yang berukuran kecil sampai raksasa. Seni patung yang sudah ada sejak dahulu ini masih kita warisi hingga sekarang dan tetap terjaga kelestariannya di masyarakat modern dewasa ini. Seni patung yang digeluti oleh masyarakat selain sebagai mata pencaharian penduduk juga sebagai penyaluran hobi yang dimiliki oleh masyarakat Bali.
            Ogoh-ogoh berasal dari kata bahasa Bali “ogah-ogah” yang artinya bergoyang-goyang. Ogoh-ogoh adalah sebuah benda besar yang dibuat menyerupai raksasa, binatang atau apapun yang menyeramkan. Ogoh-ogoh awalnya dibuat sebagai simbol “bhuta kala” yaitu kekuatan negatif. Kekuatan negatif ini akan di netralisir dalam upacara Tawur Agung.
            Pada awalnya, ogoh-ogoh dibuat dengan menggunakan bahan-bahan seperti kayu sebagai tulangnya, anyaman bambu untuk membentuk dan kertas sebagai pembungkus. Ogoh-ogoh pada jaman dulu tidak sebagus saat ini walaupun tidak mengurangi penampilan “seramnya”. Pembuatan ogoh-ogoh dulu pun membutuhkan waktu yang relatif lebih lama daripada saat ini.
Gambar diatas merupakan kegiatan pembuatan ogoh – ogoh yang dilakukan oleh undagi sebagai salah satu bentuk pencitraa imejenasi yang dimiliki oleh seniman tersebut. Pembuatan ogoh – ogoh dewasa ini tidak lagi sebatas pada pelengkap suatu upakara / ritual tetapi juga memiikinilai lain disalamnya. Misalkan saja nilai keindahan / estetika yang memang benar – benar sangat diperhatikan oleh masyarakat dewasa ini. Pembuatan ogoh – ogoh dewasa ini sudah hamper menyamai pengerjaan patung yang sering kita lihat.


1.2 Aspek – aspek Seni.
            Sebuah benda seni harus memiliki wujud agar dapat dilihat dan diterima secara indrawi ( dilihat dan didengar, atau didengar dn dilihat ) oleh orang lain. Bendan seni itu memiliki wujud secara fisik. Tetapi, wujud fisik itu tidk secara serta merta mampe dikatakan sebagai benda seni. Berseni atau tidaknya suatu wujud fisik ditentukan oleh nilai yang ada di dalamnya. Nilai yang bisa diketemukan dalam sebuah karya seni ada dua hal yakni nilai bentuk ( Inderawi ) dan nilai isi ( di balik yang inderawi ) (Jakob Sumadjo, 115 : 2000 )
            Ogoh-ogoh merupakan budaya baru di Bali. Kehadirannya menjadi salah satu pelengkap ritual Nyepi. “Ada budaya-budaya yang mengalami proses tersakralisasi dan itu sah-sah saja,” paparnya. Eksistensi tradisi dalam pelaksanaan ritual umat Hindu di Bali saling melengkapi, sudah baur menjadi kesatuan. Seiring waktu banyak yang mengkaji keberadaan ogoh-ogoh baik dari tafsir agama, seni dan budaya. Setelah dikaji dan dikaitkan dengan konsep agama, ogoh-ogoh lebih mengarah ke bentuk tradisi,
            Namun demikian keberadaan ogoh – ogoh dalam agama Agama Hindu di Bali meruakan sebuah bentuk pencitraan terhadap imajenasi yang dimiliki oleh masyarakat. Dalam berkesenian khususnya seni patung dalam ogoh – ogoh nilai seni, nilai estetik, seperti halnya nilai agama, etika, social dan lain – lain. Ogoh – ogoh sebagai salah satu bentuk kesenian yang dimiliki oleh masyarakat juga hendaknya memiliki beberapa aspek – aspek yang hendaknya diperhatikan oleh seniman yang bersangkutan.   Seni Patung  mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagaiberikut:

1. Utility atau aspek kegunaan Security 
yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu. Dalam hal ini adalah bagaimana ogoh – ogoh sebagai salah satu bentuk dari seni patung yang ada di masyarakat mampu memeberikan rasa aman dan nyaman bagi para penggunanya.



2. Comfortable
          yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terapan.Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi. Aspek ini telah mengalami pergeseran yang sangat pesat dalam masyarakat mberkesenian ogoh – ogoh.

3. Flexibility 
            yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni Patung adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap di persyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya.

4. Estetika

Estetika atau syarat keindahan merupakan sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagipemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.

            Gambar diatas merupakan sebuah bentuk seni patung yng dipergunakan oleh masyarakat dalam menyambut hari raya nyepi. Pada umumnya ogoh – ogoh memiliki bentuk menyerupai butha kala atau raksasa, namun sewasa ini ogoh – ogoh juga ada yng menyerupai bentuk dewa. Ogoh – ogoh yang ada di gambar diatas memiliki aspek – aspek yang telah diperhatikan oleh seniman bersangkutan seperti halnya aspek estetika atau keindahan. Dalam karya patung diatas aspek keindahan yang dimiliki sudahlah sangat menjolok dan kental penggunaan ornament – ornament dan juga pewarnaan yang telah disesuaikan dengan karakter ogoh – ogoh itu sendiri.

1.3 Instrumen
            Dalam setiap kesenian yang ada pastilah memiliki instrument. Instrument yang dimaksid disini adalah pengiring dari kesenian itu, dalam hal ini keseian dari ogoh – ogoh ini yang dimana menggabungkan antara seni patung sebagai seni utama yang ada kemudian seni suara sebagai seni pengiring yang ikut meramaikan dalam pawai ogoh – ogoh. Jika kita cermati antara seni patung ( ogoh – ogoh ) sebagai sebuah bentuk seni tiga dimensi yang dapat dilihat secara bentuk nyata tidaklah akan lengkap apabila tidak iiringi oleh seni suara yang lebih mengkhusus dinikmati oleh indera pendengar. Namun demikian secara nyata di Bali dalam pelaksanaan upacara ngerupuk serangkaian dengan Hari Raya Nyepi kedua unsure seni ini mampu disatukan dengan baik dan juga menghasilakan sebbuah kesenian yang memiliki nilai estetika yang tinggi.  Dalam kegiatan berkesenian seni patung (Ogoh – ogoh ini ) adapun yang menjadi instrument pengiring yang sering kita jumpai adalab Baleganjur ataupun tetangguran yang merupakan musik tradisional Bali yang terdiri dari seperangkat gambelan yang menghasilkan suara.
            Secara pengertian seni suara atau seni musik adalah seni yang diterima melalui indera pendengaran. Rangkian bunyi yang didengarkan dapat dapat memberikan rasa indah pada manusia dalam bentuk kosep pemikiran yang bulat, dalam nada – nada atau bunyi lainnya yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh diri sendiri dan manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan juga dinikmati ( Noryan Bahari, 2008 : 55 ). Demikian pengertian dari seni suara secara umum yang juga dapat diaplikasikan dalam bentuk gambelan baleganjur yang menjadi pengiring dalam pawai ogoh – ogoh serangkaian menyambut tahun baru Caka.

         Gambar diatas merupakan penabuh Baleganjur yang sedang beraksi dalam pawai ogoh – ogoh serangkaian upacara Nyepi. Baleganjur ini merupakan instrument pengiring dari seni ogoh – ogoh yang dihasilkan oleh seniman – seniman muda yang telah memulai mengembangkan  kresinya. Antara ogoh – ogoh dan seni baleganjur merupakan dua element yang tidak dapat dipisahkan dan saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan karya yang memiliki nilai seni yang tinggi.

II Aspek Penampilan
2.1 Media Seni.
         Dalam kesehariannya kita sering sekali mendengar bahwa seni itu ekspresi. Ekspresi seolah identik dengan seni. Segala bentuk ekspresi yang mengandung unsure estetika didalamnya dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk kesenian.  Dalam produk seni apalagi seni tersebut merupakan seni yang bersifat tiga dimen artinya seni yang dapat dinikmati secara kasat mata dan memiliki bentuk nyata pasti akan memiliki suatu ekspresi sebagai bentuk dari kesenian itu sendiri.
         Dalam berkesenian perasaan harus dikuasai terlebih dahulu, harus dijadikan objek, dan harus diatur, dikelola dan diwujudkan atau di ekspresikan dalam bentuk karya seni. Dalam kondisi semancam inilah baru seniman dapat mengekpresikan perasaanya. Bentuk apresiasi dari perasaan seorang seniman ini sangatlah erat kaitannya dengan media yang dipergunakan dalam berkesenian.  Mda dalam seni merupakan sebuah alat / benda yang dipergunakan dalam berkesenian.
         Material dan juga semua aspek medium ini akan membatasi nilai yng ingin disampaikan oleh seniman. Berbagai  nacam seni akhirnya dibatasi pertama kali oleh ketergantunga seniman pada material atau bahan utama dalam berkesenian ( buni bagi seni musik, warna, bentuk, garis dan bidang dalam seni rupa ). Material tadi diwujudkan dalam sebuah bentuk yang mengarah kepada apa yang diyakini sebagai seni ( Jakob Sumardjo, 2008 : 36)
         Dari pertama kali tercipatanya ogoh – ogoh di kawasan desa Sibanggede telah banyak sekali mengalami perubahan – perubahan yang juga telah mengikuti perkembangan dan kemajuan jaman. Mulai pertama ogoh – ogoh yang dibuat di Sibanggede mempergunakan sumi ( daun ilalang yang telah kering ) yang hamper menyerupai orang – orangan sawah ( lelakut ). Setelah adanya perubahan dari pola pikir masyarakat pembuatan ogoh – ogoh  kemudian menjadi sebuah hasil karya seni masyarakat yang juga sekaligus dipergunakan sarana upacra dalam hari raya Nyepi.  Ogoh – ogoh yang ada kian diminati oleh masyarakat sebagai sebuah sarana hiburan dan juga tempat untuk menuangkan kreatifitas yang dimiliki oleh masing – masing individu mualai dari remaja hingga anak – anak terlibat dalam kegiatan ini. ( wawancara dengan tetua di lingkingan Br. Bantas Kelod ).
         Penggunaan media bamboo sebagai bahan utama dalam pembuatan ogoh – ogoh juga memberikan suatu rasa kebersamaan dalam kalangan pemuda dikarenakan mualai dari pencarian bahan baku sampai dengan pembuatan ogoh – ogoh ini semua komponen dapat terlinbat, da juga dapat saling bertukaran ide atau kemampuan mereka. Selain itu pembuatan ogoh – ogoh yang mempergunakan media bambu juga dapat menghemat financial ( keuangan ) dikarenaka mereka tidak perlu untuk mahal – mahal membeli serofom untuk membuat ogoh – ogoh. Yang terpenting disini adalah karya seni yang dihasilkan dari media ini mampu memberikan rasa puas terhadap si penikmati seni yang ada.

Gambar diatas  pengerjaan ogoh – ogoh yang masih mempergunakan bahan  media yang bersifat tradisional seperti halnya bamu dan kayu. Namun demikian hal ini memiliki suatu nilai berkesenia yang sangat tinggi yang masih dilestarikan oleh masyarakat di lingkungan desa sibanggede hingga kini. Selain hal tersebut pembuatan ogoh – ogoh dengan media bamboo dapat dikatakan ramah lingkungan karenanya tidak menimbulkan bahya pencemaran lingkungan dan juga polusi udara seperti halnya pembuatan ogoh – ogoh dengan mempergunakan serofom  gabus.

2.2 Penampilan
         menurut Nooryan Bahari keberadaan seni rupa sangat ditentukan oleh tampilan unsure – unsure rupa ataupun visual yang melingkupinya. Ada kalanya karya seni berfungsi sebagai sebuah inspirator jika ia menjadi sumber inspirasi bagi seniman dalam proses kreatifitasnya. Pendidikan seni rupa memiliki sifat yang multilingual, multidimensional dan multikultur. Multi lingual adalah seni bertujuan untuk mengembangkan kemampuan meng ekspresikan diri dengan berbagai cara seperti bunyi, gerak dan perpaduannya. Multi dimensional berarti seni mengembangkan kompetensi dasar seseorang yang mencakup persepsi, pengetahuan, pemahaman dll. Sedangkan multi cultural berarti seni yang lebih difokuskan pada pengembangan esadaran dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya local dan global sebagai bentuk sebuh penghargaan terhadp kebudayaan yang ada.
         Dalam mewujudkan benda seninya seorang seniman memang akan menampilkan cirri – cirri kepribadiannya yang mandiri dank has, yakni seberapa besar bakatnya, seberapa jauh teknik penampilannya dan juga bagaimana menampilkan bentuk – bentuk unsure seni yang ada. Dalam ogoh – ogoh yang termasuk kedalam seni rupa tiga dimensi hal ini juga tidak dapat dilepaskan. Bagaimana penampilan seni yang ada juga dapat mencerminkan kepribadian atau karakter dari si pembuat ogoh – ogoh tersebut.  Penampilan ogoh – ogoh dewasa ini sangat dinominasi oleh banyak factor dan hal yang disesuaikan dengan kondisi dan juga karakter dari ogoh – ogoh tersebut sebagai media seni yang ada. Selain itu karakter dari seniman yang menciptakannya juga sangat berpengaruh dalam penampilan ogoh – ogoh tersebut.
         Sekitar tahun 2008 ketika lomba ogoh – ogoh kota Denpasar yang pertama di gelar di perempatan desa Sanur, tepatnya di depan Br. Taman Sanur. Lomba ogoh – ogoh ini telah banyak memberikan inspirasi baru bagi para pencinta seni ogoh – ogoh. Salah satu ogoh yang menjadi inspirasi pada saat itu adalah ogoh – ogoh dari Br. Aggar Kasih Sanur yang bertemakan Kapandung Sita.  Penampilan ogoh – ogoh ini sangatlah memukau denagn menggabungkan antara konsep modern dan juga tradisi yang dikemas unik oleh undagi dari Gria Anggarkasih Sanur. Gus Aji Ade panggilan akrab oleh masyarakat Br. Anggar kasih Sanur ini telah memberikan sebuah perubahan baru dalam dunia seni yang ada. Ogoh – ogoh bukan hanya lagi sebagai pelengkap upacara Tawu Agung , namun telah memiliki nilai lebih dalam kehidupan masyarakat modern.  Ogoh – ogoh sebagai sebuah produk seni masyarakat yang emmiliki penampilan yang beraneka ragam juga telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Jadi dalam kekinian ogoh – ogoh
         Kaitannya dengan penampilan ogoh – ogoh sebagai salah satu dari bentuk seni patung yang ada di masyarakat dan sangat erat dengan kehidupan generasi muda adalah memiliki karakter tersendiri. Penampilan  dalam ogoh – ogoh disesuaikan dengan karakter dari ogoh – ogoh tersebut. Hal itu dikarenakan tidak semua ogoh – ogoh yang diciptakan oleh creator memiliki penampilan yang sama. ( hasil wawancara dengan seorang Undagi Ogoh – Ogoh ).


Gambar diatas adalah sebuah ogoh – ogoh yang bentuknya menyerupai celuluk yang dalam cerita dikenal merupakan anak buah dari Ni Walunateng Dirah yang merupakan ratu dari leak yang memiliki sifat jahat. Dalam penampilannya ogoh – ogoh celuluk, ini memiliki penampilan yang sederhana dengan atribut seadanya namun tetap memperlihatkan wajah yang menakutkan.  Perwujudan bentuk celuluk ini sangatlah erat kaitannya dengan cerita Calonarang yang mungkin telah memberikan suatu ide kreatif bagi masyarakat untuk menciptakan bentuk ogoh – goh celuluk yang memiliki penampilan yang unik dan lain dari pada yang lainnya.
Berbicara mengenai penampilan dari suatu ogoh – ogoh yang sering kita temui menjelang hari raya Nyepi ini telah banyak mengalami perubahan – perubahan yang muncul dari idea kreatif para seniman yang ada. Penampilan ogoh – ogoh yang ada di masyaratkat dewasa ini dapat dikatakan telah memiliki nilai estetika tersendiri hal tersebut dikarenakan ogoh – ogoh ini merupakan sebuah produk dari seni yang berbudaya. Ahkan tidak tanggung – tanggung ogoh – ogoh yang ada merupakan bagian dari pemujaan umat Hindu ketika akan memasuki pergantian Tahun Caka. Ogoh – ogoh merupakan perlambang atau symbol dari Bhuta Kala yang memiliki sifat – sifat kurang baik yang dimana pada upacara pengrupukan ini sifat bhuta ini di Somya atau dinetralisirkan kembali agar menjadi lebih baik ( dari bhuta disomya menjadi  dewa ).

Gambar diatas adalah ogoh – ogoh yang mengambil cerita Sapuh Leger yang telah melegenda pada masyarakat hindu di Bali. Ogoh – ogoh diatas memiliki penampilan yang disesuaikan dengan karakter dari masing – masing tokohnya. Misalkan seperti sang Kala yang merupakan putra sewa Siwa yang memiliki karakter dan penampilan yang menyeramkan lakyaknya seperti raksasa. Selainitu ada juga tokoh anak kecil yang bernama hyang kumara yang juga putra dari sdeawa Siwa yang memiliki penampilan layaknya seperti anak kecil.  Demikian tingginya daya imajaenasi dan juga daya kreasi para creator seni yang ditampilkan dalam setiap ogoh – ogoh yang ada. Semuanya telah disesuaikan dengan karakter bawaan dari masing – masing tokoh yang adibuat.

III. Aspek Bobot / Pesan
3.1 Analisis Isi.
            Seni adalah aktivitas manusia untuk mengungkapkan pengalaman estetis ke dalam wujud lahiriah dengan tata susunan unsur yang indah, sehingga dapat menimbulkan pengalaman baru bagi orang lain. Ogoh – ogoh merupakan sebuah bentuk seni patung yang memiliki wujud nyata layaknya manusia namun dibuat berdasarkan daya imajenasi seorang seniman yang membuat ogoh – ogoh tersebut. Ogoh – ogoh sebagai sebuah bentuk hasil dari kesenian manusia melalui beberapa tahapan – tahapan dan juga melalui daya kreatifitas yang tinggi.  
            Dapat seni didalamnya bersifat profane. Namun ketika seni tersebut sudah masuk kedalam ranah agama sebagai mesia religi didalamnya maka secara otomatis seni tersebut akan menjadi seni sebuah seni yang disakralkan. Seni Patung  mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagaiberikut :1. Utility atau aspek kegunaan Security, 2. Comfortable, 3. Flexybillity, 4. Estetika. Kesemuanya ini dikemas menjadi dalam suatu hasil karya yang dapat dibanggakan dan mampu menjadi  hasil kreativitas manusia. Nilai – nilai dasar dalam seni apa pun dapat disimak beberapa nilai yang ada dan termuat didalamnya seperti nilai penampilan yang melahirkan benda seni didalamnya, nilai isi yang terdiri atas nilai pengetahuan, nilai pengungkapan yang dapat menunjukan adanya nilai bakat dari pribadi seniman tersebut.
            Perwujudan kesenian senantiasa terkait dengan penggunaan kaidah dan symbol. Penggunaan symbol dalam seni, sebagai bahasa, menyiratkan suatu bentuk pemahama bersama diantara warga masyarakat pendukungnya. Perwujudan seni, sebagai suatu kesatuan karya, dapat menjadi ekspresi yang bermantra individual, social maupun maupun budaya yang bermuatan ini sebagai subtansi ekspresi yang merujuk pada berbagai tema. Cassirer menegaskan bahwa manusia itu tidak pernah melihat, menemukan dan dan mengenal dunia secara lagsung kecuali melalui berbagai symbol  ( Cassirere dalam Nooryan Bahari, 2008: 105 ).
            Dengan demikian bahwa pencitraan seni ogoh – ogoh memiliki sebuah fungsi sebagai sebuah symbol yang merupakan komponen utama dalam kebudayaan individu dalam berbagai bentuk pencitraan imajenasi manusia. Ketika ogoh – ogoh yang diciptakan oleh manusia telah memasuki areal religi maka secara otomatis karya ini akam mengalami pergeseran makna dari sekedar benda seni menjadi sebuah seni yang memiliki nilai sakralisasi. Didalam symbol, termasuk symbol ekspresif tersimpan berbagai makna antara lain  berupa berbagai gagasan, abstraksi, pendirian, pertimbangan, hasrat dll, terutama dalam kesenian lebih tepat lagi dapat dihayati bersama.

3.2 Kesimpulan
            Ogoh – ogoh sebagai sebuah benda seni yang tercipta dari hasil kreasi ide – ide masyarakat / seniman yang hingga sekarang maih kita warisi keberadaanya sebagai sebuah benda seni yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai sebuah hasi karya seni manusia dan juga sebagai sebuah pelengkap dari acara eagamaan yang dimana dalam hal ini adala ketika pelaksanaan Tawur Agung sehari sebelum upacra Nyepi. Ogoh – ogoh yang ada merupakan sebuah benda seni yang memiliki nilai histories jika kita lihat dari lakon cerita yang dibawakan dalam kreasi ogoh – ogoh yang ada. Dan juga memiliki nilai magis dikarenakan ogoh – ogoh tersebut merupakan sebuah sarana upakara yang telah melalui psoses skralisasi sebelum ogoh – ogoh tersebut diarak atau istilahnya ogoh – ogoh yang ada akan di pasupati / di ulapkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan.
            Dari hasil penelitian singkat yang telah dilakukan dapat dikatakan ogoh – ogoh yang ada dewasa ini merupakan suatu bentuk pencitraan dari imajenasi masyarakat yang dituangkan dalam ide – ide kreatif dan juga memiliki bentuk dan karakter yang beraneka ragam. Meskipun pembuatannya tidak segampang kelihatannya namun ogoh – ogoh sebagai hasil cipta manusia telah mampu mengajarkan manusia untuk mampu mempertahankan kearifan local yang ada dan juga mampu sebagai suatu media pendidikan dalam masyarakat yang bertujuan untuk mengajarkan masyarakat mampu untuk bersosialisasi karena dalam pengerjaannya ogoh – ogoh akan melibatkan banyak pihak dan banyak ide didalamnya. Selain itu juga untuk mengajarkan masyarakat khususnya generasi muda untuk bisa saling menghargai dan melestarikan seni dan budaya yang telah ada dan berkembang di bali hingga saat ini.
            Dalam pembuatannya banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ogoh – ogoh ini diantaranya adalah unsure estetika / seni yang ada.  Para creator / undagi tidak dapat dengan seenaknya menciptakan sebuah ogoh – ogoh tanpa harus memperhatikan pakem – pakem yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Ogoh – ogoh sebagai sebuah seni patung tidak dapat berdiri sendiri ketika benda seni itu akan diarak. Akan ada media pendukung lainnya seperti halnya Baleganjur atau instrument gambelan yang menjadi pengiringnya. Sebagia besar benda seni yang ada di Bali akan melalui proses sakralisasi sebelum benda seni tersebut dipergunakan, apalagi benda seni tersebut ada keterkaitannya dengan upacara. 

DAFTAR RUJUKAN

Bandem, I Made. 2006. Seni dalam Ritual Agama, Yogyakarta: Pustaka Yogyakarta.
Dinas Pariwisata Prov. Bali, 2008. Bali Clean and Grean “Sekilas Tentang Bali.
Jakob Sumardjo, 2000. Filsafat Seni, ITB, Jogjakarta.
Koentjaraningrat. 1974 Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, Jakarta:
Gramedia.
____________. 2010. Seni Pertunjukan Pariwisata Bali Dalam Perspektif Kajian
                          Budaya. Yogyakarta : Kanisius.
Nooryan Bahari, 2008. Kritik Seni Wacana, Apresiasi dan Kreasi. Pustaka Pelajar. Jogjakarta.